

Nagekeo, 25 Oktober 2025 — Sebanyak 51 pelari ambil bagian dalam lari amal ultra marathon Jelajah Timur 2025 yang digagas oleh Yayasan Plan International Indonesia (Plan Indonesia). Lari ini berlangsung selama dua hari, 24–25 Oktober 2025, dan terbagi menjadi tiga kategori yakni 31 pelari di 106 kilometer, 18 pelari di 53 kilometer, serta dua pelari di 12 kilometer dengan menempuh jarak dari Kota Mbay, Nagekeo menuju Kampung Adat Bena, Kabupaten Bajawa, Nusa Tenggara Timur.
Para pelari, yang disebut penjelajah, menempuh waktu sekitar 22 jam untuk menyelesaikan rute ekstrem ini dengan satu misi utama: mewujudkan akses air bersih yang inklusif dan setara bagi masyarakat NTT, khususnya anak-anak dan anak perempuan.
Jelajah Timur Tahun 2025 mengusung misi ganda yang saling melengkapi yakni pertama, membangun sarana air bersih untuk memastikan akses terhadap kualitas air bersih yang layak dan berdampak pada peningkatan kesehatan, produktivitas dan kualitas hidup anak, kaum muda dan masyarakat. Kedua, melewati lanskap alam yang indah memukau dan suguhan khas budaya & kearifan lokal yang autentik, Jelajah Timur menjadi etalase promosi pariwisata yang dapat memberikan dampak untuk menggerakkan perekonomian lokal. Dalam kemitraan bersama Pemda Nagekeo, Jelajah Timur Tahun 2025 ini dipadukan dengan Festival One Be, event tahunan Pemda Nagekeo melalui dinas Pariwisata & Ekonomi Kreatif, untuk saling berbagi peran dan berkontribusi sehingga dapat memastikan dampak yang lebih luas dari kemitraan ini untuk akses air dan sanitasi yang berkelanjutan bagi semua .
Sebanyak 51 pelari maraton di lepas dari titik star lapangan berdikari danga pada pukul 15.00 wita oleh kepala dinas pariwisata kabupaten Nagekeo.
Direktur Eksekutif Plan Indonesia, Dini Widiastuti, menyampaikan “Melalui Jelajah Timur, kami ingin menunjukkan bahwa setiap langkah, sekecil apa pun, dapat membawa perubahan besar. Dengan akses air bersih, anak-anak, terutama anak perempuan, bisa belajar, tumbuh sehat, dan memiliki kesempatan yang sama untuk meraih masa depan yang lebih baik.”
Dini menambahkan, kondisi akses air bersih di NTT masih menjadi tantangan serius. Data Pemerintah Provinsi NTT mencatat 27,5 persen keluarga belum memiliki akses terhadap air bersih, sementara Survei Kesehatan Indonesia dari Kementerian Kesehatan di 2023 melaporkan sebanyak 37,9 persen keluarga belum memiliki sanitasi layak. Selain itu, sekitar 500 desa di wilayah ini masih belum memiliki akses air bersih yang memadai.
Kondisi ini berdampak langsung terhadap kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, terutama anak-anak. Menurut data Badan Pusat Statistik di 2024, sebanyak 22,2 persen anak mengalami stunting, menjadikan provinsi ini sebagai daerah dengan angka stunting tertinggi kedua di Indonesia. “Krisis air bersih ini berdampak langsung pada anak perempuan, karena mereka sering harus berjalan jauh setiap hari untuk mengambil air, sehingga kehilangan waktu belajar dan berisiko terhadap kesehatan mereka,” tambah Dini.
Salah satu desa penerima manfaat yakni Desa Tengatiba di Nagekeo, NTT, memiliki sumber air yang berada jauh di luar desa, dan sebagian warga harus berjalan kaki hingga 2 kilometer dengan medan curam untuk mengambil air. Warga hanya mengandalkan air dari embung yang kualitasnya kurang layak. “Sejak dulu kami hidup dengan segala keterbatasan. Untuk ambil air, ada yang harus jalan sampai 2 kilometer turun-naik bukit. Setelah ada embung, kami pakai air itu untuk mandi, cuci, dan kalau terpaksa juga untuk minum setelah dimasak dan diendapkan beberapa hari. Penghasilan kami pas-pasan, jadi sering kali harus memilih, beli air, bayar sekolah anak, atau beli makan. Akhirnya kami nikmati saja air yang ada demi masa depan anak-anak kami. Dengan adanya Jelajah Timur ini, kami berharap beban mereka berkurang, dan kehidupan warga menjadi lebih layak,” tutur Kepala Desa Tengatiba, Servasius Ame.
Cerita dari Penjelajah Timur
Sebagai bagian dari rangkaian kegiatan, para penjelajah mengunjungi desa penerima manfaat untuk merasakan langsung tantangan warga dalam memperoleh air bersih. Mereka ikut mengambil air dari embung menggunakan jerigen, pengalaman yang membuka empati dan kesadaran akan pentingnya akses air bagi semua.
Aktor dan model Kelly Tandiono, yang berlari di kategori 53 kilometer, mengatakan berlari di Jelajah Timur bukan hanya tentang ketahanan fisik, tetapi tentang empati dan aksi nyata. Saya ingin setiap langkah saya membawa harapan bagi anak-anak di NTT agar mereka punya masa depan yang lebih setara.
Sementara itu, Tarman Pabelai, guru sekaligus pelari ultra marathon asal Sulawesi, mengaku menemukan makna baru dari lari amal ini, “Saya sering membawa jerigen ke kelas untuk menjelaskan kepada murid tentang krisis air bersih di daerah lain. Mereka tergerak untuk peduli. Bagi saya, berlari di Jelajah Timur adalah bentuk nyata dari pendidikan dan solidaritas.”
Selain Kelly dan Tarman, sejumlah tokoh dan pelari inspiratif turut berpartisipasi, seperti Adita Irawati (Dewan Penasihat Plan Indonesia), serta para influencer dan pegiat olahraga seperti Diah Makece, Nicky Hogan, Carla Felany, dan Erry Permana.
Para peserta menunjukkan kreativitas luar biasa dalam menggalang dana, mulai dari mengadakan trail run amal, kelas yoga, hingga membuat merchandise khusus untuk donasi.
Penggalangan Dana Demi Sarana Air Bersih
Sejak 17 Agustus 2025 hingga menjelang penutupan donasi pada 10 November 2025, kampanye Jelajah Timur telah mengumpulkan donasi publik senilai Rp 1 miliar dan terus bertambah melalui laman kitabisa.com/jelajahtimur. Angka tersebut berasal dari inisiatif penggalangan dana para pelari Jelajah Timur, dukungan mitra, serta kontribusi masyarakat umum yang turut berpartisipasi.
Seluruh dana yang terkumpul akan digunakan untuk pembangunan dan perluasan sarana air bersih di tiga desa di Kabupaten Nagekeo, NTT, yakni Desa Tengatiba, Desa Wajo, dan Desa Ngegedhawe, yang mencakup pembangunan infrastruktur air bersih, edukasi WASH (Water, Sanitation, and Hygiene), serta pemeliharaan fasilitas dan konservasi sumber air selama tiga tahun.
Kampanye Jelajah Timur 2025 juga mendapat dukungan dari pemerintah daerah, komunitas lokal, dan mitra perusahaan, baik sebagai sponsor maupun donatur yang berkomitmen terhadap pembangunan sarana air bersih di wilayah NTT.
Tentang Jelajah Timur – Run for Equality
Jelajah Timur – Run for Equality merupakan kampanye tahunan Plan Indonesia yang telah berjalan sejak 2019, dengan total donasi terkumpul mencapai Rp 11,9 miliar dan telah memberi manfaat bagi lebih dari 26.000 orang di berbagai desa di wilayah timur Indonesia. Kampanye ini juga meraih penghargaan dari Asian Philanthropy Forum 2024 di Haikou, Tiongkok sebagai salah satu inisiatif filantropi inspiratif di Asia. Dukung langkah para penjelajah untuk menghadirkan air bersih ke Nusa Tenggara Timur. Setiap donasi akan membantu anak-anak perempuan mendapatkan kesempatan belajar dan hidup lebih sehat. (Fian-Suara Nagekeo)